Rabu, 21 Oktober 2009

belajar membuat puisi

March 13, 2006

YU BELAJAR MENULIS DAN MEMBACA PUISI BERSAMAKU

Filed under: Opini

Banyak teman-teman yang bertanya padaku, bagaimana caranya membuat puisi Apakah faktor bakat itu bisa menentukan? Duh, bagaimana aku harus menjawabnya ya, Selama ini aku menulis puisi hanya karena aku ingin mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku, namun agar ada bayangan tentang bagaimana cara menulis puisi, akan kucoba menguaraikannya di sini, tapi pasti tidak akan memuaskan karena aku bukan alat pemuas, eh….salah penyair maksudku.

Puisi berbeda dengan prosa. Sifat puisi lebih subyektif, artinya setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda terhadap makna puisi. Jadi yang tahu secara persis ten- tang isinya ya hanya si penulisnya itu sendiri. Beda banget dengan prosa. Prosa lebih bersifat obyektif, artinya setiap orang akan mempunyai penafsiran yang sama terhadap Isinya.Contoh setiap orang pasti akan sepakat bila isi cerita Sangkuriang mengisahkan seorang anak yang ingin menikahi ibunya .

Ditinjau dari bahasa yang digunakan dalam puisi, ada puisi yang berbentuk diafan yaitu puisi transparan yang bahasanya mudah dimengerti, ada juga puisi prismatik yaitu puisi yang lebih mengutamakan keindahan bahasa dan bunyi serta kedalaman makna. Puisi prismatik lebih sulit ditangkap maknanya.

Menulis puisi dengan kalimat –kalimat yang tidak dimengerti oleh orang lain, tapi mampu mengekspresikan perasaan kita, itu sah-sah saja, karena dalam penulisan puisi, kita dilindungi oleh lisencia puitica atau kebebasan mengekspresikan perasaan dengan gaya bahasa yang kita inginkan.

Hal yang cukup penting untuk diketahui waktu menulis puisi diantaranya:

1.Mampu menentukan tema yaitu gagasan atau apa yang ingin kita ungkapkan.

2 Perasaan yaitu kita harus mampu mengekspresikan gagasan yang akan kita ungkapkan ke dalam bahasa yang indah.

3.Nada dan suasana, ini menjelaskan tentang sikap yang ingin kita ungkapkan dalam puisi kita, sehingga mampu menimbulkan suasana hati pembaca/ pendengar sesuai dengan yang kita rasakan.

4. Amanat yaitu pesan tersirat yang ingin kita sampaikan dalam puisi kita. Amanat ini jangan terkesan menggurui.

Unsur lainnya lagi yang harus kita ketahui adalah unsur batin puisi yang lebih di kenal dengan sebutan unsur pencitraan. Puisi harus mampu menimbulkan imajinasi/ daya bayang yang mampu mengaktifkan panca indra kita, khususnya indra perasa, pencium, pendengaran dan peraba.

Naaahhhh bila kita telah tahu cara menulis puisi, sekarang mari kita belajar cara Membacanya. Mengasyikan lho, membaca puisi karya sendiri. Membaca puisi itu sangat mudah. Modal kita hanya keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi, ditambah pengetahuan berikut :

1. Pemahaman kita harus memahami dengan baik unsure fisik dan batin puisi yang telah kuuraikan di atas tadi.

2. Kehafalan yaitu kecermatan dalam membaca larik-larik puisi.

3. Pelafalan yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata.

4. Intonasi yaitu gabungan antara nada, tempo dan tekanan pada waktu kita membaca puisi.

5. Ekspresi dan gerak mimik adalah penjiwaan dipadukan dengan gerak anggota tubuh khususnya wajah.

Naahh mudah kan menulis dan membaca puisi itu? Satu hal yang perlu diingat, puisi yang baik adalah puisi yang mampu mengungkapkan isi hati kita dengan jujur, mampu menimbulkan kepuasan batin bagi kita yang menulisnya dan orang lain yang membacanya. Untuk lebih jelas mari kita lihat sebuah contoh puisi yang baik. Eh…waktu puisi Ini kubacakan di depan kelas, murid-muridku pada terharu dan ada yang menangis lho!

Yuk kita baca puisi ini

SENJA DI PELABUHAN KECIL

KARYA : CHAIRIL ANWAR

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

Di antara gudang, rumah tua, pada cerita

Tiang serta temali, kapal,perahu tiada berlaut

Menghembus diri dalam mempercepat maut berpaut

Gerimis mempercepat kelam.

Ada juga kelepak elang

Menyinggung muram, desir hari lari berenang

Menemu bujuk pangkal akanan.

Tidak bergerak

Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi, aku sendiri.

Berjalan Menyisir semenanjung, masih pengap harap

Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

Dari pantai keempat sedu penghabisan bias kudekap

Puisi di atas mengekspresikan kepedihan yang mendalam, yang sulit terucapkan dengan kata-kata, tapi di sinilah hebatnya Chairil, ia mampu mengekspresikannya tanpa ada kata ‘sedih, Ia mampu berbicara dengan hatinya. Puisi itu ditulis Chairil ketika ia merasa kecewa cintanya ditolak oleh gadis pujaannya bernama Sri Ajati, seorang mahasiswi fakultas sastra.

Aku paling suka puisi itu, puisi itu seolah memberi gambaran bahwa laki-laki juga memiliki hati yang sama dengan wanita. Mereka bisa putus asa, kecewa, cinta dan kehilangan. Tema puisi itu tentu saja tentang cinta. Chairil mengekspresikannya dengan nada kecewa dan penuh keharuan. Suasana yang ditimbulkannya pun, rasa haru yang begitu dalam, seolah ingin bercerita betapa sunyi dan hampa hidupnya.

Meskipun puisi itu pengalaman Chairil, tapi kita tidak merasakan bahwa pengalaman itu hanya pengalaman Chairil saja. Chairil telah berhasil mengangkat pengalaman pribadinya ke tingkat universal yang bisa dirasakan pula oleh semua orang termasuk kita. Itulah puisi yang baik, yang mampu mengungkapkan perasaan kita secara mendalam.

Ya puisi memang punya kekuatan yang hebat untuk mengungkapkan segalanya seperti apa yang disampaikan oleh Taufik Ismail dalam puisinya di bawah ini

DENGAN PUISI AKU

Dengan puisi aku bernyanyi

Hingga senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi aku menangis

Bila jarum waktu kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya

Hayyyoooohhh siapa yang mo nulis puisi? Mulailah! Jangan kalah ma murid-murid Kelas tiga SMP lho! Tuh lihat karya mereka, bagus-bagus kan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar